Quadruple Helix Concept
Dalam industry Alat Kesehatan di Indonesia.
Ditulis oleh : B. Prasetio – Pengamat Industri bidang kesehatan anggota IKKESINDO.
Latar belakang.
Pasar alat kesehatan Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh pada kisaran 12,7% setiap tahunnya. Jika pada tahun 2013 pangsa pasar alat kesehatan ini bernilai sebesar US$672.8 juta, maka pada tahun 2018 diperkirakan akan terus tumbuh menjadi US$1,221.9 juta (Espicom, 2015). Pertumbuhan ini ditunjang oleh perkembangan ilmu kedokteran dan perkembangan ilmu Bio Medical Engineering.
Dengan adanya program pemerintah khususnya pada penerapan program Mass Public Insurance (BPJS Bidang Kesehatan) maka dapat dipastikan pertumbuhan pangsa pasar produk-produk alat kesehatan ini akan menjadi lebih significant. Sayangnya pertumbuhan pangsa pasar produk alat kesehatan ini 95% masih didatangkan dari luar negeri. Hanya sebagian kecil produk-produk alat kesehatan yang mampu diproduksi didalam negeri dan oleh pengusaha domestik. Produk dalam negeri ini umumnya didominasi oleh Low Technology Content.
Sesungguhnya, telah banyak research yang dikembangkan oleh BPPT dan Akademisi, tetapi kesemuanya itu masih sebatas pada tulisan, meskipun sebagian telah berbentuk sebagai prototype produk. Sayangnya dari banyak output tersebut belum ada yang mampu menjadi suatu “tangible product” yang dapat dilepas ke pasar dan mempunya i nilai ekonomis dalam businessnya.
Alat kesehatan merupakan produk stretegies dalam perwujudan pelayanan jasa kesehatan. Dapat dikatakan, tanpa alat kesehatan, sulit untuk bisa diwujudkan suatu pelayanan jasa kesehatan yang baik dan terpercaya.
Sampai dengan saat ini, pemerintah telah melakukan beberapa kegiatan yang ditujukan untuk memberi stimulasi untuk berkembangnya industry produk alat esehatan dalam negeri. Sebagian besar jenis kegiatan yang dilakukan adalah dalam bentuk Promosi Alat Kesehatan khususnya Produk dalam negeri. Sangat disayangkan sampai dengan saat ini, kegiatan-kegiatan ini belum mampu merubah peta konsumsi peralatan kesehatan dari yang impot produk ke pemakaian produk alat kesehatan dalam negeri.
Kendala-kendala yang dihadapi
Tinjauan dari sisi pelaku usaha
- Banyak pelaku industri Alkes berasal dari latar belakang pedagang. Dengan demikian keinginan untuk mendapatkan “Instant Profit” masih mendasari pola pikir para pelaku usaha industry Produk Peralatan Kesehatan tersebut. Disisi lain, Profit earning pelaku usaha industry baru akan didapatkan pada umumnya di tahun yang ke empat. Itupun kalau proses businessnya dapat dijalankan dengan benar.
- Keterbatasan modal (capital Investment) menjadi bagian yang sangat mendasar sehingga pertumbuhan industri Produk alat kesehatan ini menjadi lambat. Dengan keterbatasan modal ini, maka hampir semua pelaku usaha industri Produk alat Kesehatan hanya berorientasi pada “Short Time Period”. Keadaan ini membawa dampak pemikiran, apa bila usaha ini tidak segera menghasilkan keuntungan, maka pemilik usaha akan melakukan “Switching business” pada bentuk-bentuk business lainnya yang lebih menjanjikan keuntungan. Pada umumnya , usaha industry ini baru akan mampu memberikan kontribusi keuntungan paling cepat pada tahun ke dan tidak jarang baru pada tahun ke 4. Fenomena ini sangat memerlukan “Business Mental Endurance” yang baik termasuk Capital endurance nya. Disisi lain, biaya uang di Indonesia relative sangat tinggi (12 sd 14%/ annum apa bila dibandingkan dengan Negara lainnya, biaya uang ini relative hny berkisar pada 3- 5% (Jepang, Korea dll).
- Dalam ilmu ekonomi, suatu business yang mempunyai prospek baik adalah apabila produk atau jasa yang menjadi subject business-nya membangun posisi sebagai “Demanded by the market”.
Secara natural, suatu produk mampu menduduki posisi “Demanded by market”, apa bila beberapa kriteria dasar dibawah ini dapat dipenuhi . Kriteria dasar tersebut dapat diuraikan sbb :
a. Pasarnya lagi “On Trend” . Keadaan ini “bisa diciptakan” dengan penerapan “strategy penciptaan demand” yang di-design dengan baik dan pada umumnya eksekusinya berupa “heavy promotion effort”, Mix Promotion effort dan lainnya.
Diketahui juga adanya foktor lucky yang dapat terlihat pada proses pengamatan ntara lain berupa New technology release pada segment market dari produk tersebut, Trend mode, adanya new regulasi dari pemerintah dan juga factor-faktor lainnya
b. Bila pasar dalam situasi “Complete Market Competition” seperti yang terjadi pada pasar produk alat kesehatan di Indonesia saat ini. Dapat dipastikan produk-produk alat kesehatan dalam negeri ini tidak mungkin “Menang dalam persaingan” apa bila harus “Direct Head On” dengan produk-2 dari luar negeri tersebut. Posisi mereka sangat diuntungkan karena:
- produk-produk tersebut diproduksi oleh producen raksasa. Para producen raksasa ini, sangat memperhatikan factor “Economical Competitive Production Schale” dimana unit cost productionnya akan sangat baik dan dipasar global akan “Mampu menjadi Winner Player”.
- Karena dominasi pasar saat ini sudah kuat, (antara lain di Indonesia) maka produsen akan “Berupaya” untuk mempertahankan market dominasinya ini. Bila perlu dengan segala cara.
- Beberapa negara asal produsen alat kesehatan tersebut membuat kebijakan export yang baik sehingga para pelaku usaha produk alat kesehatan ini akan sangat diuntungkan dengan kebijakan tersebut khususnya dalam kebijakan fiscalnya.
- Dalam invesi produk-produk alat kesehatan baru, banyak Negara memberikan dukungan optimal untuk membuat produk-produk alat kesehatan baru yang dipastikan mempunyai keunggulan competitive di pasar. Disamping itu invesi produk baru ini, akan mengikuti trend pengembangan therapy baru dalam dunia kedokteran. Fasilitas Riset dan pengembangannya ini betul-betul diperhatikan dan diusahakan selalu update.
- Banyak tahapan yang harus dijalani dalam proses industry suatu produk termasuk produk alat kesehatan, khususnya untuk “New Invention product” Tahapan dimulai dari market research, market analysis, sampai dengan mass production. Proses-proses tersebut sangat memakan banyak biaya, tenaga , konsentrasi pemikiran dan biaya. Hal seperti ini, sangat membebankan pelaku industry
4. Belum adanya lembaga research pasar peralatan medik yang mampu memberikan konklusi yang bisa dijadikan dasar untuk menggerakkan industri Produk Alat Kesehatan ini.
Tinjauan dari sisi Produk Alat Kesehatan
Suatu produk, yang mempunyai tingkat penjualan yang baik dan mampu terus tumbuh apa bila produk tersebut mampu memenuhi beberapa unsur al sbb :
- Produk tersebut memang adalah suatu produk yang demanded oleh pasar dan kemungkinan besar produk tersebut adalah merupakan bagian dari pokok kebutuhan masyarakat.
- Produk telah memenuhi persyaratan legal yang berlaku.
- Produk tersebut mempunyai “Brand Awareness” yang baik.
- Mempunyai kwalitas dan fungsi yang baik sesuai dengan peruntukkannya.
- Mempunyai daya tahan dalam pemakaian yang relative baik (Tidak mudah rusak).
- Rentang pakai produk relative cukup lama,
- Selama pemakaian, tidak diperlukan tambahan biaya extra yang tinggi atau tidak diperlukan produk penunjang lainya yang kemungkinan berharga mahal.
- Ada garansi produk yang baik dan terpercaya.
- Product communication dilaksanakan secara terus menerus sebagai bagian dari proses marketing communication.
- Secara periodic dalam rentang maximal 4(empat – psychology treshold) tahun pabrikan harus mengeluarkan innovasi produk dengan fungsi yang lebih baik dan tampilan produknya juga harus lebih elegant.
- Pemerintah, yang dalam hal ini berposisi sebagai “Penyedia Captive Market” tidak/belumberpihak kepada Industri Alkeslab dalam negeri. Semua dipersilahkan pada mekanisme pasarsecara umum. Meskipun himbauan-2 telah dibuat, tetapi tidak ada sangsi yang diberikan kepada institusi pelayanan kesehatan apa bila mereka membeli produk luar negeri, meskipun uang yang digunakan untuk membeli tersebut berasal dari anggaran APBN/APBD/DAK (uang Pemerintah).
- Banyak penelitian dan reasearch yang dilaksanakan oleh Akademisi dan Badan peneliti lainnya belum berorientasi pada tangible product yang functionable dan mampu bersaing di pasar.
- Tidak/belum dilibatkannya pelaku Industri peralatan kesehatan untuk terjun bersama menekuni penelitian Alkeslab tersebut.
- Berbeda goal yang menjadi tujuan antara para peneliti tersebut dengan keperluaan para pelaku business / industri Alkeslab (Academic Orrientation & Business Orientation).
- Pengembangan dan persiapan SDM yang kompetent di bidang keahlian pada floor, production process sangat diperlukan. Disisi lain konsep pengembangan SDM yang
seperti ini berada diluar kompetensi pengusaha alkes. Penyedia tenaga terdidik juga belum berorientasi pada keperluan Floor shop SDM pada industri alkeslab. - Penguasaan atas berkembangnya Bio Medical Engineering dan perkembangan medical treatment di bidang kedokteran berada diluar kompetensi pemilik usaha industri Alkes.
- Sumber bahan baku untuk industri peralatan kesehatan sangat sulit untuk didapatkan di dalam negeri. Hal ini disebabkan karena Industri didalam negeri tidak dipersiapkan untuk mempersiapkan bahan-2 pokok tersebut sebagai bagian dari industri hulu.
- Lembaga independent yang mampu mengadakan penilaian dan certifikasi produk di Indonesia belum ada sehingga beberapa uji fungsi dan uji material sulit untuk dilaksanakan.
Produk keluaran.
Sampai dengan saat ini, hampir semua produk –produk alat kesehatan dalam negeri berkembang pada keterbatasan yang ada. Sebagai keluarannya, maka produk- produk yang dihasilkan adalah produk-2 yang hampir- hampir bersifat “me – too” dari para pesaingnya di luar negeri dan tidak mempunyai keunggulan comparative yang arguable dan bisa dijadikan Selling Point nya. Dengan demikian dalam bargaining business tidak jarang produk-produk dalam negeri selalu berada pada posisi yang kalah bersaing (Inferior). Keadaan ini sangat berpengaruh pada return of investment analysis-nya karena margin yang didapatkan tidak dapat meningkat . Hal ini disebabkan karena persaingan yang dihadapi semata mata hanya berfokus pada faktor persaingan harga.
Dalam keadaan yang seperti inilah kami melihat perlu adanya upaya terobosan-2 yang berarti dan mampu memecahkan masalah-2 yang dihadapi industry Peralatan medis dalam negeri khususnya pada era pasar global seperti saat ini. Kami melihat penerapan concept “Quadruple Helix” focus pada user sangat memungkinkan. Rekan-2 dari akademisi akan mampu membuat terjemahan yang lebih komprehensive dan applicable berdasar dari concept ini.
Production Focus.
Sejalan dengan program kementerian Kesehatan, Fasilitas Kesehatan Premier akan dijadikan fokus utama. Yang dimaksud dengan fasilitas kesehatan premier adalah fasilitas kesehatan garda depan dimana untuk tahap pertama para pasien datang berobat. Fasilitas kesehatan ini terdiri dari fasilitas kesehatan berbentuk Puskesmas dan Rumah Sakit Pratama. Tujuan dari pemberdayaan fasilitas kesehatan premier ini adalah untuk menampung dan mengatasi sebanyak mungkin keluhan sakit yang diderita oleh para pasien/masyarakat dan memberikan tindakan terapi awal. Dengan demikian proses pelayanan kesehatan yang cepat dan mumpuni dapat diberikan secepat mungkin pada saat awal keluhan sakit itu dirasakan oleh pasien.
Tugas utama Layanan kesehatan premier adalah pada area promotive, preventive, kurative dan rehabilitative. Dengan upaya yang berlanjut, maka layanan kesehatan premier adalah mengutamakan individu, fokus pada keluarga dan berorientasi pada komunitas. Pada saat ini telah tersedia kurang lebih 9625 puskesmas dan jumlah RS Pratama yang akan terus dikembangkan dalam jumlahnya dengan target mencapai 3600 unit.
Dari program fokus pelayanan diatas, dapat disimpulkan bahwa Captive Market peralatan kesehatan yang ada saat ini adalah peralatan kesehatan yang digunakan di kedua jenis fasilitas kesehatan tersebut diatas.
Pada dasarnya, peralatan kesehatan yang digunakan di kedua jenis fasilitas kesehatan tersebut adalah dalam katagori low technology. Dan seyogyanya Industri dalam negeri akan mampu memproduksinya.
Dari segi pelayanan jasa kesehatan yang diberikan, Puskesmas dan Rumah Sakit Kelas D (Pratama) akan mampu memberikan pelayanan jasa kesehatan sbb :
- Pelayanan medik umum;
- Pelayanan gawat darurat;
- Pelayanan keperawatan;
- Pelayanan laboratorium pratama;
- Pelayanan radiologi – Untuk RS Pratama.
- Pelayanan farmasi.
- Pelayanan KB.
- Pelayanan Poned / Ponek sesuai kesiapannya.
Secara ringkas Jenis-jenis peralatan kesehatan yang dibutuhkan dan potensial mampu diproduksi di dalam negeri adalah sbb :
- Tempat Tidur dewasa.
- Tempat Tidur Anak-anak.
- Tempat tidur bayi
- Tempat tidur periksa.
- Obsgyn Chair.
- Timbangan Bayi dengan pengukur panjang badan bayi
- Timbangan dewasa dengan pengukur tinggi badan
- Film viewer berbagai jenis.
- Lampu tindakan.
- Moveable Operation lamp.
- Unit Partus.
- IUD Kits
- Kursi Gigi.
- Strecher pasien
- Trolley ambulance
- Sterilisator Uap.
- Sterilizator Kering
- EKG 3 chanel
- Stetoscoop Dewasa.
- Stetoscoop Pediatriec
- Spigmomanometer – Dewasa – table type.
- Spigmomanometer – dewasa – with stending
- Spigmomanometer – Pediatric
- Troley-2 untuk linen, makanan, instrument dan lainnya
- Baskom berbagai jenis
- Portable Suction.
- Floor Movable suction.
- Baby Incubator.
- Oxigen Trolley dengan
- Oxigen regulator.
- Oxigen periferal monitor
- Kursi Roda.
- Tiang Infus.
- Locker untuk karyawan.
- Unit Pemulasaraan Jenasah.
- Dan lainnya yang merupakan bagian dari peralatan pelayanan dasar.
Pertumbuhan pelayanan Jasa Kesehatan.
Pelayanan jasa kesehatan yang diterapkan oleh Pemerintah Indonesia adalah pelayanan jasa kesehatan Rujukan Berjenjang dimana kasus-kasus yang tidak dapat dilayani di Puskesmas dan RS Pratama akan direfer ke Rumah Sakit pada tingkat diatasnya. Dengan demikian, Rumah Sakit type C di suatu pemerintahan tingkat II (Kota/Kabupaten) akan menjadi Rumah Sakit Rujukan pertama dari Puskesmas atau RS Pratama. Demikian untuk selanjutnya, bila kasus/Penyakit yang tidak dapat diatasi di RS type C maka akan dirujuk ke Rumah sakit Rujukan Regional . Apa bila pada Rujukan regional ini masih tidak dapat diatasi, maka akan dirujuk ke RS Type A yang biasanya berada di Provinsi.
Pelayanan kesehatan premier ini diharapkan akan mampu menangani +/- 80% kelahan pasien pada tahap awal. Tidak menutupi pertumbuhan dan perkembangan pelayanan kesehatan pada tingkat selanjutnya juga akan berkembang secara linier dengan pertumbuhan pelayanan kesehatan primier tersebut.
Pada kenyataannya, telah terjadi juga jumlah peningkatan pasien yang di rujuk ini. Dengan demikian terjadi pertumbuhan pelayanan kesehatan yang proporsional pada setiap tingkatan pelayanan kesehatan tersebut. Dengan mengingat strata level pertumbuhan ini maka akan juga terjadi pertumbuhan penggunaan peralatan medik yng linier pada unit fasilitas pelayanan kesehatan selanjutnya tersebut.
Fasilitas kesehatan premier pada level Rumah Sakit Kelas D Pratama dan Puskesmas ini juga akan terus tumbuh sejalan dengan jumlah kunjungan pasien ke fasilitas tersebut. Dimulai dengan jumlah tempat tidur 10 unit pada tahap awalnya dan terus bertumbuh sesuai dengan kebutuhannya. Setiap peningkatan 10 unit tempat tidur rawat pasien ini, maka akan terjadi penambahan petugas dokter 1 orang dan ratio perawat adalah 2 perawat untuk 3 pasien. Setiap Rumah Sakit type Pratama diizinkan untuk memberikan pelayanan specialistik khususnya untuk specialis 4 (empat) dasar (Obgyn, Pediatric, Interna dan Bedah).
Setiap peningkatan pertumbuhan jenis pelayanan ini akan membawa konsekwensi untuk peningkatan penggunaan peralatan medik sesuai dengan peruntukannya. Dengan demikian kesempatan pertumbuhan penggunaan peralatan medik ini akan terus sejalan dengan pertumbuhan pelayanan suatu fasilitas kesehatan yang tersedia disuatu daerah.
Penilaian peralatan medik dan kwalitasnya.
Suatu peralatan medik yang beredar di pasar dan digunakan dalam pelayanan pada fasilitas jasa pelayanan kesehatan di wilayah NKRI haruslah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh kementerian Kesehatan. Pertama produk alkes tersebut sudah harus lulus dalam uji penapisan sehingga mendapatkan nomor izin edar. Setelah itu produk tersebut sudah harus membuktikan dirinya sendiri sebagai produk yang baik, aman dan berkwalitas pada saat digunakan sesuai fungsinya untuk pelayanan jasa kesehatan sampai peralatan medik tersebut pada tingkatan purna pakai. Oleh karena itu, para pembuat atau produsen peralatan medik harus berfikir atas produknya seperti apa yang seharusnya. Bahkan saat ini ada tuntutan bagaimana peralatan medic itu akan dikelola setelah peralatan tersebut Purna Pakai supaya tidak mencemari lingkungan.
Dengan demikian pembuatan sebuah peralatan medik harus direncanakan dengan baik sejak dari awalnya yakni harus Aman buat pasien, berfungsi sebagaimana dimaksudkan, Mudah dalam pengoperasiannya, Tidak gampang rusak, Berkwalitas prima setiap waktu, Tidak banyak mengkonsumsi listrik, Mudah perawatannya dan Tidak menghasilkan limbah berbahaya. Tuntutan ini sifatnya mandatory, oleh karena itu setiap pelaku industri peralatan medik harus benar-2 mamahami masalah ini.
Mulai dari rancang bangun, manufacturing process, Construction proses, pemilihan bahan baku, packaging, transportation methodology , commissioning dan operational processing serta usage training betul-2 harus dipersiapkan oleh pelaku industri peralatan medik yang dimaksudkan. Dalam hal ini, pelaku industri peralatan medik harus memahami adanya extra knowledge untuk medical devices industri menjadi bagian yang fundamental sebelum menapak pada industry processingnya.
Sebagai kesimpulan, kwalitas bukanlah satu satunya persyaratan dalam memproduksi peralatan medik. Banyak faktor yang menyertainya. Oleh karena itu, setiap pelaku produksi peralatan medik harus mempersiapkan diri menjadi manusia pembelajar yang juga wajib menyiapkan organisasinya sebagai organisasi pembelajar.
Kebutuhan SDM untuk proses manufactur Peralatan kesehatan
Salah satu kendala yang cukup serius dalam proses manufacture peralatan medik adalah ketrampilan SDM . Dimulai pada rancang bangun, Engineering process flow sampai pada level Floor shop bahkan sampai pada packaging dan ware-hausing system. Tenaga yang baru lulus dari akademi atau SMK belum mampu mengerjakan dengan baik atas tugas yang diembannya. Pembinaan dan pengembangan serta pelatihan yang terfokus sangat diperlukan. Dalam hal ini lulusan Polytechnik manufactur sangat dibutuhkan khususnya dalam kompetensi-2 kunci seperti QC, Rancang bangun, CNC processes, Robotic system dan floor production supervision. Kemampuan menterjemahkan gambar kedalam wujud kerja menjadi critical aspect. Juga penerapan Quality control in process pada proses production masal adalah kunci efficiensi pada proses floor production. Dalam membangun produk peralatan medik yang berkwalitas, parameter QC-Pass tidak mencukupi. Tuntutan yang lebih jauh yakni Quality Assurance menjadi mandatory. Dikarenakan peralatan medik ini digunakan pada manusia, maka “Assurance Safety” juga sifatnya mandatory. Oleh karena itu, guide line cara penggunaan setiap produk alat kesehatan adalah juga merupakan Safety Guide dari produk Alkes tersebut. Portal-portal Safety perlu ditegaskan dan digaris bawahi sebelum user menggunakan peralatan medik tersebut. Oleh karena itu “Refresh Usage Training” kepada para pengguna wajib diadakan secara regular dan persistent.
Disisi lain, para pelaku manufacture peralatan medik sangat membutuhkan ahli packaging khususnya untuk produk-2 peralatan kesehatan yang dihasilkannya. Integration design antara Karton box, sterofoam dan inside partision menjadi bagian yang penting untuk mencapai Good Medical Packaging Practice. Pada dasarnya kita sangat kekurangan tenaga pada packaging design ini. Masalah packaging ini menjadi penting khususnya untuk negara seperti Indonesia dimana fasilitas pelayanan kesehatan tersebar di seluruh area dan pulau-pulau. Garansi atas qualitas peralatan medik manjadi bagian penting dalam membangun packaging system ini.
Packaging peralatan medik harus mengandung berbagai prasyarat packaging baik yang sifatnya standard maupun yang khusus untuk peralatan medik. Dikarenakan saat ini kita telah memasuki era Global, maka prasyarat packaging juga harus mengikuti parsyarat international packaging khususnya untuk peralatan medik.
Transportasi atas peralatan medik ini dari gudang pabrikan sampai dengan tujuan, menjadi bagian yang harus diperhatikan dalam system distribusi yang baik untuk suatu peralatan medik. Handling Guide line menjadi bagian yang sangat perlu diperhatikan oleh menufacture maupun pihak Transporter dan penerima barang tersebut. “Packaging warnin” harus menjadi “Perhatian utama” dari semua pihak yang terkait pada transportasi peralatan medik tersebut. Untuk membuat kepastian dalam transportasi peralatan medik ini disarankan untuk memilih transporter yang memahami tahapan proses transportasi peralatan medik dan sangat disarankan untuk menerapkan “ Goods Transportation Isurance” yang accountable.
Kesimpulan.
Dari uraian diatas, tidak diragukan lagi bahwasannya terwujudnya innovation dalam pemecahan masalah yang relative complex ini sangat perlu diakselerasikan. Penerapan Quadruple Helix yang focus pada user bisa merupakan salah satu pemikiran. Pembentukan FGD yang fokus bekerja menangani masalah ini sangat diperlukan. Untuk itu, kami mengusulkan supaya Kemenperin menjadi salah satu inisiator Holdernya dimana pihak Akademisi bisa diambil dari akademisi sebagai contoh ITB, Polman dan Bio engineering faculty (swiss German University) dan lain sejenisnya, Para pelaku industri Peralatan medik, Kemenkes direktorat pembinaan prodis Alkes, Direktorat pengawasan peralatan medik, Direktorat pengguna peralatan medik (BUK), Direktorat PPSDM dan Direktorat Litbangkes. Sebagai wakil User/Pasar bisa diambil dari assosiasi pelayanan fasilitas Kesehatan (Persi, Arsada dan lainnya. Adapun untuk pihak Investor disarankan untuk mengikut sertakan BKPM, Badan Pembiayaan Industri kecil, Bank Pemerintah dan badan keuangan lainnya. Badan FGD ini disarankan supaya mampu menjadi Think-Tank untuk terwujudnya peningkatan Industri peralatan medik dalam negeri.
Penutup.
Dengan dimulainya pasar bebas Asean pada tahun 2016 dan pasar global lainnya, maka diharapkan FGD ini akan mampu membuat “Time Schedule” program kerja yang tangible dan product oriented. Diharapkan output FGD ini akan mampu memberikan tangible contribution untuk mengurangi invasi produk-produk alat kesehatan luar negeri masuk menjarah pasar peralatan medik di wilayah NKRI. Dengan semangat kesatuan dan patriotic akan sangat memungkinkan untuk diwujudkan peningkatan penggunaan peralatan medik produksi dalam negeri menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.